ANALISIS SINTAKS
Fungsi Kajian Sintaksis
Fungsi kajian sintaksis terdiri dari
beberapa komponen. Diantaranya adalah subjek, predikat, objek, pelengkap dan
keterangan. Memperjelas tentang hakikat dari subjek dan predikat, objek dan
pelengkap, serta keterangan. Semuanya akan dijelaskan sebagai berikut.
a. Subjek dan Predikat
1.
Subjek
merupakan bagian yang diterangkan predikat. Subjek dapat dicari dengan
pertanyaan ‘Apa atau Siapa yang tersebut dalam predikat’. Sedangkan predikat
adalah bagian kalimat yang menerangkan subjek. Predikat dapat ditentukan dengan
pertanyaan ‘yang tersebut dalam subjek sedang apa, berapa, di mana, dan
lain-lain’.
2.
Subjek
berupa frasa nomina atau pengganti frasa nomina. Sedangkan predikat bisa berupa
frasa nomina, verba, adjektiva, numeralia, atau pun preposisi.
3.
Jika
diubah menjadi kalimat tanya, subjek tidak dapat diberi partikel -kah. Predikat
dapat diberi partikel -kah.
Contoh dari kalimat yang memiliki
subjek dan predikat adalah, ‘Adik sedang makan’. ‘Adik’ menduduki fungsi
subjek, sedangkan ’sedang makan’ menduduki fungsi predikat.
‘Adik sedang makan.’
S P
b. Objek dan Pelengkap
1.
Objek
berupa frasa nomina atau pengganti frasa nomina, sedangkan pelengkap berupa
frasa nomina, verba, adjektiva, numeralia, preposisi, dan pengganti nomina.
2.
Objek
mengikuti predikat yang berupa verba transitif (memerlukan objek) atau semi
transitif dan pelengkap mengikuti predikat yang berupa verba intransitif (tidak
memerlukan objek).
3.
Objek
dapat diubah menjadi subjek dan pelengkap tidak dapat diubah menjadi subjek.
c. Keterangan.
1.
Keterangan
adalah bagian kalimat yang menerangkan subjek, predikat, objek atau pelengkap.
2.
Berupa
frasa nomina, preposisi, dan konjungsi.
3.
Mudah
dipindah-pindah, kecuali diletakkan diantara predikat dan objek atau predikat
dan pelengkap.
Contoh kalimat yang memiliki keterangan
adalah ‘Kemarin, Pak Anwar membeli buah-buahan di pasar induk’. ‘Kemarin’ dan
‘di pasar induk’ merupakan keterangan, untuk ‘Pak Anwar’ menduduki fungsi
subjek. Kata ‘membeli’ merupakan predikat dan ‘buah-buahan’ adalah fungsi
objek.
‘Kemarin , Pak Anwar membeli
buah-buahan di pasar induk’.
Ket S P O Ket
3.2
Aspek-Aspek Sintaksis
Aspek-aspek
yang dikaji dalam sintaksis meliputi frasa, klausa, dan kalimat. Dibawah ini
merupakan uraian dari ketiga aspek tersebut.
3.2.1
Frasa
Frasa
dapat dihasilkan dari perluasan sebuah kata. Sebuah frasa dengan perluasannya
tidak menimbulkan jabatan atau fungsi lain sehingga tidak melebihi batas fungsi
semula. Jika perluasan itu ternyata menimbulkan jabatan fungsi baru atau
membentuk pola subjek-predikat, perluasan itu sudah menjadi klausa.
Contoh: karya sastra
(frasa)
diperluas
karya sastra indah itu (frasa)
karya sastra indah itu (frasa)
karya sastra itu
indah (klausa)
S P
Frasa
dapat dibagi atas empat jenis, sebagai berikut.
a. Frasa
Eksosentris
Frasa Eksosentris, adalah frasa yang
tidak mempunyai persamaan distribusi dengan unsurnya. Atau dapat diartikan
frase yang komponen-komponennya tidak mempunyai prilaku sintaksis yang sama
dengan keseluruhan. Frasa ini tidak mempunyai unsur pusat. Jadi, frasa
eksosentris adalah frasa yang tidak mempunyai UP.
Contoh:
Sejumlah orang di gardu.
Menurut Imam (2008 :1), Frase
Eksosentris dibagi menjadi dua, yakni:
1.
Frase
Eksosentrik yang Direktif
Komponen pertamanya berupa preposisi,
seperti “di, ke dan dari” dan komponen berupa kata/kelompok kata yang biasanya
berkategori nomina.
Contoh:
di rumah
di rumah
dari pohon mahoni
demi kesejahteraan
2.
Frase Eksosentrik yang Nondirektif
Komponen pertamanya berupa artikulus,
seperti “si” dan “sang” atau”yang”, “para” dan “kaum”, sedangkan komponen
keduanya berupa kata berkategori nomina, adjektiva atau verba.
Contoh: si kaya, para remaja kampung
Diana Nababan (2008: 84) dalam bukunya Intisari Bahasa Indonesia,
mengatakan bahwa jenis frasa eksosentris dapat dibedakan menjadi :
1)
Frasa
ferbal adalah frasa yang intinya berupa kata kerja.
Contoh : Menangis keras
Sedang melamun
Dapat berjalan
2)
Frasa
adjektiva adalah frasa yang intinya berupa kata sifat.
Contoh : Kasar sekali
Amat lembut
Sangat merdu
3)
Frasa
nominal adalah frasa yang intinya berupa kata benda.
Contoh: Lapangan
besar
Rumah besar
Sang pemimpin
4)
Frasa
pronominal adalah frasa yang intinya berupa kata ganti.
Contoh : Kalian semua
Kamu dan dia
5)
Frasa
adverbial adalah frasa yang intinya berupa kata keterangan.
Contoh : Lebih kurang
6)
Frasa
numerial adalah frasa yang intinya berupa kata bilangan.
Contoh : Tujuh dan
delapan
Empat belas
7)
Frasa
interogativa adalah frasa yang intinya berupa kata tanya.
Contoh : Apa dan
siapa
b.
Frasa
Endosentris
Frasa endosentris adalah frasa yang
unsur-unsur pembentuknya dapat menggantikan kedudukan frasa itu secara
keseluruhan.
Contoh : Mereka
menempati rumah baru.
Frasa rumah baru mempunyai inti. Mencari inti
frasa dapat diuji dengan membuat kalimat berterima dan tidak berterima:
a.
Mereka
menempeti rumah
b.
Mereke
menempeti baru
Kalimat
a mempunyai makna, berarti rumah
menjadi inti frasa. Kalimat b tidak berterima dan tidak mempunyai makna,
berarti baru bukanlah inti frasa.
Jenis
frasa endosentris:
1)
Frasa
Endosentris Koordinatif
Masing-masing
unsur memiliki kedudukan sederajat yang tidak saling menerangkan unsur yang
lain. Sifat kesetaraan itu dapat dibuktikan oleh kemungkinan menyisipkan kata
penghubung dan atau.
Contoh
: Anak itu sudah tidak mempunyai ibu
bapak. (ibu dan bapak)
2)
Frasa
Endosentris Apositif
Frasa
yang berhubungan antara unsur-unsurnya dapat saling menggantikan.
Contoh
: Aminah, Anak Pak Lurah sangat
cantik.
Frasa
anak Pak Lurah adalah unsur
keterangan tambahan untuk menerangkan aminah.
3)
Frasa
Endosentris Atributif
Frasa
yang salah satu unsurnya dapat menggantikan frasa itu secara keseluruhan. Frasa
ini memiliki unsur pusat dan unsur atribut. Inti frasa ditandai dengan D
(diterangkan) dan unsur atribut ditandai dengan M (menerangkan)
Contoh: Rumahnya sangat besar
M D
Kata sangat adalah atribut atau penjelas untuk kata besar.
Contoh : Anak nakal sangat marah
M
D M D
c.
Frasa
Ambigu
Frasa
ambigu adalah frasa yang menimbulkan makna ganda atau tidak jelas.
Contoh
: Lukisan Ayah dipajang di ruang
tamu.
Frasa
lukisan ayah mempunyai makna:
1. Lukisan
milik Ayah
2. Lukisan
mengenai diri Ayah
3. Lukisan
buatan Ayah
d.
Frasa
Idiomatik
Frasa
idiomatic adalah frasa yang mempunyai makna sampingan atau bukan makna
sebenarnya.
Contoh
: orang tua itu sudah banyak makan garam
kehidupan.
3.2.2
Klausa
Klausa
merupakan bagian dari kalimat. Klausa memiliki unsur subjek dan predikat, tetapi
tidak mengandung intonasi, jeda, tempo, dan nada.
(a) Klasifikasi
Klausa
Ada lima dasar yang dapat digunakan
untuk mengklasifikasikan klausa. Ketiga dasar itu adalah:
1.
Klasifikasi
klausa berdasarkan struktur internnya.
2.
Klasifikasi
klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang menegatifkan P.
3.
Klasifikasi
klausa berdasarkan kategori frasa yang menduduki fungsi P.
4.
Klasifikasi
klausa berdasarkan criteria tatarannya dalam kalimat.
5. Klasifikasi
klausa berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat.
Berikut hasil klasifikasinya:
1.
Klasifikasi
klausa berdasarkan struktur internnya.
Klasifikasi klausa berdasarkan struktur
internnya mengacu pada hadir tidaknya unsur inti klausa, yaitu S dan P. Dengan demikian,
unsur ini klausa yang bisa tidak hadir adalah S, sedangkan P sebagai unsur inti
klausa selalu hadir.
Atas dasar itu, maka hasil klasifikasi
klausa berdasarkan struktur internnya, berikut klasifikasinya:
a)
Klausa Lengkap
Klausa lengkap ialah klausa yang semua
unsur intinya hadir. Klausa ini diklasifikasikan lagi berdasarkan urutan S dan
P menjadi :
1.
Klausa
versi, yaitu klausa yang S-nya mendahului P.
Contoh
:
Kondisinya masih kritis.
Gedung itu sangat tinggi.
Sekolah itu masih rusak.
2.
Klausa
inversi, yaitu klausa yang P-nya mendahului S.
Contoh
:
Masih kritis kondisinya.
Sangat tinggi gedung itu.
Masih rusak sekolah itu.
b) Klausa Tidak
Lengkap
Klausa tidak lengkap yaitu klausa yang
tidak semua unsur intinya hadir. Biasanya dalam klausa ini yang hadir hanya S
saja atau P saja. Sedangkan unsur inti yang lain dihilangkan.
2. Klasifikasi
klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang secara gramatik menegatifkan
P.
Unsur negasi yang dimaksud adalah tidak,
tak, bukan, belum, dan jangan. Klasifikasi klausa
berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang secara gramatik menegatifkan P
menghasilkan :
a.
Klausa Positif
Klausa poisitif ialah klausa yang
ditandai tidak adanya unsur negasi yang menegatifkan P.
Contoh :
Bambang seorang pesepak bola tersohor.
Anak itu mengerjakan PR.
Mereka pergi ke toko.
b.
Klausa Negatif
Klausa negatif ialah
klausa yang ditandai adanya unsur negasi yang menegaskan P.
Contoh :
Bambang bukan seorang pesepak bola tersohor.
Anak itu belum mengerjakan PR.
Mereka tidak pergi ke toko.
Kata negasi yang terletak di depan P
secara gramatik menegatifkan P, tetapi secara sematik belum tentu menegatifkan
P. Dalam klausa Dia tidak tidur, misalnya, memang secara gramatik dan
secara semantik menegatifkan P. Tetapi, dalam klausa Dia tidak mengambil
pisau, kata negasi itu secara semantik bisa menegatifkan P dan bisa
menegatifkan O. Kalau yang dimaksudkan ‘Dia tidak mengambil sesuatu apapun’,
maka kata negasi itu menegatifkan O. Misalnya dalam klausa Dia tidak
mengambil pisau, melainkan sendok.
3. Klasifikasi
klausa berdasarkan kategori frasa yang menduduki fungsi P.
Berdasarkan kategori frasa yang
menduduki fungsi P, klausa dapat diklasifikasikan menjadi :
a) Klausa Nomina
Klausa nomina ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk
kategori frasa nomina.
Contoh:
Pamannya petani di kampung
itu.
Bapak itu dosen linguistik.
b) Klausa Verba
Klausa verba ialah klausa
yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa verba.
Contoh :
Dia membantu para korban banjir.
Pemuda itu menolong nenek tua.
Klausa verba dibagi menjadi beberapa
tipe, yakni:
a.
Klausa
Transitif
Adalah klausa yang
predikatnya berupa verba transitif.
Contoh: Adik menulis surat.
b.
Klausa Intrasitif
Adalah klausa yang
predikatnya berupa verba intransitif.
Contoh: Adik menyanyi kakak sedang berdandan.
Contoh: Adik menyanyi kakak sedang berdandan.
c.
Klausa Refleksif
Adalah klausa yang predikatnya berupa
verba refleksif.
Contoh: Kakak sedang berdandan.
d.
Klausa
Resiprokal
Adalah klausa yang
predikatnya berupa verba resiprokal.
Contoh: Orang itu bertengkar sejak tadi.
Contoh: Orang itu bertengkar sejak tadi.
c) Klausa Adjektiva
Klausa adjektiva ialah klausa yang
P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa adjektiva.
Contoh :
Paman sangat kurus.
Rumah itu sudah tua.
Ibu guru sangat baik.
d) Klausa Numeralia
Klausa numeralia ialah klausa yang
P-nya berupa frasa yang termasuk kategori numeralia.
Contoh :
Anaknya empat orang.
Mahasiswanya sembilan orang.
Temannya dua puluh orang.
e) Klausa Preposisiona
Klausa preposisiona ialah klausa
yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa preposisiona.
Contoh :
Kertas itu di bawah meja.
Baju saya di dalam lemari.
Orang tuanya di Surabaya.
f) Klausa Pronomia
Klausa pronomial ialah klausa yang
P-nya berupa frasa yang termasuk kategoi ponomial.
Contoh :
Hakim memutuskan bahwa dialah yang bersalah.
Sudah diputuskan bahwa ketuanya kamu dan wakilnya saya.
4.
Klasifikasi
klausa berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat
Klasifikasi klausa berdasarkan
potensinya untuk menjadi kalimat dapat dibedakan atas :
a.
Klausa
Bebas
Klausa bebas ialah klausa yang memiliki
subjek dan predikat, sehingga berpotensi untuk menjadi kalimat mayor. Jadi,
klausa bebas memiliki unsur yang berfungsi sebagai subyek dan yang berfungsi
sebagai predikat dalam klausa tersebut. Klausa bebas adalah sebuah kalimat yang
merupakan bagian dari kalimat yang lebih besar. Dengan perkataan lain, klausa
bebas dapat dilepaskan dari rangkaian yang lebih besar itu, sehingga kembali
kepada wujudnya semula, yaitu kalimat.
Contoh :
Anak itu badannya panas,
tetapi kakinya sangat dingin.
Dosen kita itu rumahnya di
jalan Ambarawa.
Semua orang mengatakan bahwa dialah
yang bersalah.
b.
Klausa terikat
Klausa terikat ialah klausa yang
tidak memiliki potensi untuk menjadi kalimat mayor, hanya berpotensi untuk
menjadi kalimat minor karena strukturnya tidak lengkap. Kalimat minor adalah
konsep yang merangkum: pangilan, salam, judul, motto, pepatah, dan kalimat
telegram.
Contoh :
Semua murid sudah pulang kecuali yang
dihukum.
Semua tersangkan diinterograsi,
kecuali dia.
Ariel tidak menerima nasihat dari
siapa pun selain dari orang tuanya.
5.
Klasifikasi
klausa berdasarkan criteria tatarannya dalam kalimat.
Berdasarkan tatarannya dalam kalimat,
klausa dapat dibedakan atas :
a.
Klausa Atasan
Klausa atasan adalah
klausa yang dapat berdiri sendiri sebagai kalimat.
Contoh : Irwan datang ketika kami sedang
menonton film.
Klausa Atasan
b.
Klausa
Bawahan
Klausa
bawahan ialah klausa yang belum lengkap isinya. Klausa ini tidak dapat berdiri
sendiri.
Contoh
: Irwan datang ketika kami sedang
menonton film.
Klausa Bawahan
(b) Analisis Klausa
Klasifikasi klausa dapat dianalisis
berdasarkan tiga dasar, yaitu berdasarkan fungsi unsur-usurnya, berdasarkan
kategori kata atau frase yang menjadi unsurnya, dan berdasarkan makna
unsur-unsurnya.
1. Analisis Klausa
Berdasarkan Fungsi Unsur-Unsurnya
Klausa terdiri dari unsur-unsur
fungsional yang di sini disebut S, P, O, pel, dan ket. Kelima unsur itu tidak
selalu bersama-sama ada dalam satu klausa. Kadang-kadang satu klausa hanya
terdiri dari S dan P kadang terdiri dari S, P dan O, kadang-kadang terdii dari
S, P, pel dan ket. Kadang-kadang terdiri dari P saja. Unsur fungsional yang
cenderung selalu ada dalam klausa ialah P.
a.
S
dan P
Contoh : Budi tidak berlari-lari ≈ Tidak berlari-lari Budi
S P P S
Badannya sangat lemah ≈ Sangat lemah badannya
S P P S
b.
O
dan Pelengkap
P mungkin terdiri dari golongan kata
verbal transitif, mungkin terdiri dai golongan kata verbal intransitif, dan
mungkin pula terdirri ari golongan-golongan lain. Apabila terdiri dari golongan
kata verbal transitif, diperlukan adanya O yang mengikuti P itu.
Contoh :
Kepala Sekolah akan
menyelenggarakan pentas seni.
S P O
Pentas seni akan dislenggarakan kepala sekolah
S P O
c.
Keterangan
Unsur klausa yang tidak menduduki
fungsi S, P, O dan Pel dapat diperkirakan menduduki fungsi Ket. Berbeda dengan
O dan Pel yang selalu terletak di belakang dapat, dalam suatu klausa Ket pada
umumnya letak yang bebas, artinya dapat terletak di depan S, P dapat terletak
diantara S dan P, dan dapat terletak di belakang sekali. Hanya sudah tentu
tidak mungkin terletak di antara P dan O, P dan Pel, karena O dan Pel boleh
dikatakan selalu menduduki tempat langsung dibelakang P.
Contoh :
Akibat banjir desa-desa itu hancur
Ket S P
Desa-desa itu hancur
akibat banjir
S P O
2.
Analisis
Klausa Berdasarkan Kategori Kata atau Frase yang menjadi Unsurnya.
Analisis kalusa berdasarkan kategori
kata atau frase yang menjadi unsur-unsur klausa ini itu disebut analisis
kategorional. Analisis ini tidak terlepas dari analisis fungsional, bahkan
merupakan lanjutan dari analisis fungsional.
3.
Analisis
Klausa Berdasarkan Kategori Makna dan Unsur-Unsurnya
Dalam analisis fungsional klausa
dianalisis berdasarkan fungsi unsur-unsurnya menjadi S, P, O, Pel dan Ket dalam
analisis kategorial telah dijelaskan bahwa fungsi S terdiri dari N, fungsi P
terdiri dari N, V, Bil, FD, fungsi O terdiri dari N, fungsi Pel terdiri dari N,
V, Bil dan fungsi ket terdiri dari Ket, FD, N.
3.2.3
Kalimat
Kalimat
adalah satuan gramatik yang ditandai adanya kesenyapan awal dan kesenyapan
akhir yang menunjukkan bahwa kalimat itu sudah selesai (lengkap).
a.
Ragam
Kalimat
Berdasarkan jenisnya,
kalimat dapat dibagi menjadi beberapa jenis:
1.
Kalimat
Tunggal
Kalimat
tunggal adalah kalimat yangt mempunyai satu subjek dan satu predikat serta mengandung
satu maksud.
Contoh
:
Koko
pergi ke pasar
S P Ket
Toni menanam biji jarak di
kebun
S P O Ket
Berdasarkan
predikatnya, kalimat tunggal terbagi atas:
a.
Kalimat
nominal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata benda.
Contoh: Ayahnya
seorang pelukis.
Yang
berbaju biru itu, Pak Yandi.
b.
Kalimat
verbal adalah kalimat yang predikatnya
berupa kata kerja.
Contoh : Ani suka makan bakso.
Rino belajar aritmetiak.
c.
Kalimat
adjectival adalah kalimat yang predikatnya berupa adjektiva atau kata sifat.
Contoh : Soal ini sulit sekali.
Tekatnya
sangat kukuh.
2.
Kalimat
Majemuk
Kalimat
majemuk adalah kalimat yag terdiri atas dua pola kalimat atau lebih. Kalimat
majemuk tersusun dari beberapa kalimat tunggal. Kalimat majemuk dapat dibedakan
atas:
a.
Kalimat
majemuk setara/koordinatif.
Kalimat majemuk
setara adalahkalimat yang pola-pola kalimatnya memiliki kedudukan yang
sederajat. Berdasarkan kata penghubungnya, kalimat majemuk setara terbagi lagi
menjadi beberapa bagian yaitu:
1.
Kalimat
majemuk penjumlahan, ditandai oleh kata hubung dan, lalu, kemudian, dan sebagainya.
Contoh:
Pak Heru membacakan
soal dan siswa mendengarkan dengan
saksama.
2.
Kalimat
majemuk pemilihan, ditandai oleh kata hubung atau.
Contoh : Kamu
maupesan soto ayam atau soto sapi.
3.
Kalimat
majemuk pertentangan, ditandai oleh kata hubung tetapi dan melainkan.
Contoh
: Ayah sering menasihatinya, tetapi
dia tetap tidak mau berubah.
b.
Kalimat
Majemuk Bertingkat/ Subkoordinatif.
Kalimat
majemuk bertingkat adalah kalimat yang mengandung dua pola kalimat atau lebih
yang tidak sederajat. Salah satu pola menduduki fungsi utama kalimat, yang
lazimnya disebut dengan induk kalimat, sedangkan pola yang lain yang lebih
rendah kedudukannya disebut anak kalimat.
Fungsi itu sekaligus
menunjukan relasi antara induk kalimat dan anak kalimat. Kalimat majemuk
bertingkat terbagi menjadi:
1.
Kalimat
majemuk hubungan waktu, ditandai oleh kata hubung setelah, sewaktu, sejak, mankala, ketika, dan sebagainya.
Contoh : Ia menjadi
sebatang kara` sejak ayah dan ibunya meninggal.
2.
Kalimat
majemuk hubungan syarat, ditandai oleh konjungsi jika, seandainya, andaikan, asalkan, apabila.
Contoh
: Kamu boleh membeli sepeda asalkan nilai rapormu bagus.
3.
Kalimat
majemuk hubungan tujuan ditandai oleh konjungsi agar, supaya, dan biar.
Contoh : Minumlah
obat itu agar kamu cepat sembuh.
4.
Kalimat
majemuk hubungan konsesif, ditandai oleh konjungsi walaupun, meskipun, sekalipun, biarpun, kendatipun dan sungguhpun.
Contoh:
Dia tetap teguh pada
pendiriannya walaupun setiap orang
menantangnya.
5.
Kalimat
majemuk hubungan perbandingan, ditandai oleh kata penghubung daripada, ibarat, seperti, bagaikan,
laksana, sebagaimana.
Contoh:
Daripada kamu duduk-duduk saja, lebih
baik kamu bantu ibumu merapikan taman.
6.
Kalimat
majemuk hubungan penyebaban, ditandai oleh kata penghubung sebab, karena, oleh karena.
Contoh
: Saya tidak jadi berangkat ke Medan karena
ada pekerjaan yang harus segera diselesaikan di sini.
7.
Kata
majemuk hubungan akibat, ditandai oleh kata penghubung sehingga, sampai-sampai, maka.
Contoh
:
kamu
terlalu asyik menonton film sehingga
lupa sholat.
8.
Kata
majemuk hubungan cara, ditandai oleh kata penghubung dengan.
Contoh:
Gelandangan itu tidur
di emperan toko dengan beralaskan
koran.
9.
Kata
majemuk hubungan sangkalan, ditandai oleh konjungsi seolah-olah, seakan-akan.
Contoh:
Dia diam saja seakan-akan dia tidak mengetahui
persoalan yang terjadi.
10. Kalimat
majemuk hubungan kenyataan, ditandai oleh konjungsi padahal, sedangkan.
Contoh:
Pura-pura tidak tahu padahal dia tahu banyak.
11. Kalimat
majemuk hasil, ditandai oleh konjungsi makanya.
Contoh
:
Kamu susah sekali
makan, makanya lambungmu sering sakit.
12. Kalimat
majemuk hubungan penjelasan, ditandai oleh kata penghubung bahwa, yaitu.
Contoh
:
Kamu
harus tahu bahwa kamu adalah putera
Pak Sanjaya.
13. Kalimat
majemuk hubungan atributif, ditandai oleh konjungsi yang.
Contoh
:
Pemuda
yang berdiri di dekat pohon itu, kekasih Andria.
c.
Kalimat
Majemuk Campuran
Kalimat
majemuk campuran adalah gabungan antara kalimat majemuk setara dengan kalimat
majemuk bertingkat.
Contoh
:
Artis cantik itu
hanya bisa diam lalu pergi begitu saja ketika beberapa wartawan menanyainya.
3.
Kalimat
Langsung
Kalimat
langsung adalah kalimat yang menirukan ujaran orang lain.
Contoh :
Ibu
berkata “Saya tidak senang melihat rambut
gondrong”.
4.
Kalimat
Tidak Langsung
Kalimat tidak langsung adalah kalimat
yang menyampaikan kembali ujaran orang lain.
Contoh:
Ibu mengatakan bahwa Ia tidak senang
melihat rambut gondrong.
5.
Kalimat
Aktif
Kalimat
aktif adalah kalimat yang subjeknya menjadi pelaku. Ciri utama kalimat aktif
adalah predikatnya berupa kata dasar atau berimbuhan me(N)- dan ber-.
Contoh
:
Ibu
sedang membuat martabak telur.
Andika senang makan kerang.
Medi tinggal di jalan Solontongan.
Berdasarkan hubungan antara predikat
dan objeknya, kalimat aktif terbagi menjadi:
a.
Kalimat
aktif transitif, adalah kalimat aktif yang predikatnya mutlak membutuhakan
objek.
Contoh
:
Andre
memperkenalkan Hendra kepada teman-
P O
temannya.
b.
Kalimat
aktif semitransitif, adalah kalimat aktif yang predikatnya memerlukan
pelengkap.
Contoh: Negara
Indonesia berlandaskan hukum.
P Pel
c.
Kalimat
aktif dwitransitif, adalah kalimat aktif yang predikatnya membutuhkan objek dan
pelengkap.
Contoh
: Petugas itu memperbolehkan saya merokok di
P O Pel
ruangan
ini.
6.
Kalimat
Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang
subjeknya dikenai pekerjaan.
Ciri-ciri
kalimat pasif adalah sebagai berikut:
a.
Predikatnya
berisi kata kerja berawalan di-, ter-, dan kofiks
ke-an.
Contoh
:
Ina
kehujanan tadi malam.
b.
Bentuk
diri atau persona ku-, kau-.
Contoh
:
Coba
kau lihat bunga ini.
Kalimat
aktif dapat diubah menjadi kalimat pasif. Caranya adalah sebagai berikut:
a.
Tukarkan
pengisi subjek (S), dengan pengisi objek (O).
b.
Ganti
awalan me- dengan di- pada predikat.
c.
Tambahkan
kata oleh di belakang predikat (manasuka).
Contoh:
Pemerintah
mencanangkan Progam Indonesia Sehat 2010. (Aktif)
S P O
Progam
Indonesia Sehat 2010 dicanangkan (oleh) pemerintah.
(Pasif)
O P S
Jika subjek pada kalimat aktif berupa
kata ganti aku, saya, kami, kita, engkau,
kamu, anda, dia, beliau, atau mereka. Berlaku kaidah berikut:
a. Ubah
pola SPO menjadi OSP.
b. Hapus
awalan meN- dari P
c. Rapatkan
S dan P tanpa kata pemisah apapun. Jika semula mula predikatnya mengandung kata
bantu seperti akan, dapat, atau kata
ingkar tidak, letakan kata-kata tersebut sebelum S.
d. Gantikan
aku dengan ku- dan engkau dengan kau (manasuka).
Contoh:
Mereka sedang menyelesaikan tugas yang sangat mulia.
S P O
(aktif)
Tugas
yang sangat mulia sedang mereka selesaikan. (Pasif)
7. Kalimat
Mayor
Kalimat mayor adalah kalimat
sekurang-kurangnya mejangandung dua unsur pusat, dapat berupa S-P, S-P-O atau
S-P-O-K.
Contoh
:
Saya
mengantuk.
Presiden
berkunjung ke Australia.
Saya
meminjam novel dari perpustakaan.
8. Kalimat
Minor
Kalimat Minor adalah kalimat yang
mengandung satu unsure pusat. Unsur
pusat tersebut biasanya berupa predikat.
Contoh
:
Pergi!
Tidur!
Minggu
depan.
Berdasarkan fungsi
dan tujuannya, ragam kalimat dibedakan atas:
1.
Kalimat
Berita
Kalimat
berita adalah kalimat yang isinya memberitahukan suatu kejadian atau suatu
keadaan. Dalam bentuk tulisan kalimat berita diakhiri dengan tanda titik (.),
sedangkan dalam bentuk lisan, nadanya naik di akhir kalimat.
Contoh:
Harga BBM akan dinaikkan mulai bulan Mei 2008.
2.
Kalimat
Perintah
Kalimat
perintah adalah kalimat yang berisikan perintah atau seruan untuk melakukan
sesuatu. Kalimat berita dalam bentuk tulisan diakhiri tanda seru (!) atau titik
(.).
Ciri-ciri kalimat
perintah:
a.
Predikatnya
menggunakan partikel –lah.
b.
Dapat
menggunakan kata tolong, coba, atau silakan untuk memperhalus kalimat.
c.
Kalimat
perintah larangan sering didahului oleh kata
jangan.
Contoh : Jangan bermain di sini!
Tulislaah namamu di kertas ini!
Tolong ambilkan kertas itu!
3.
Kalimat
Tanya
Kalimat
Tanya adalah kalimat yang berisikan pertanyaan seseorang kepada orang lain.
Cara membuat kalimat
tanya:
a.
Membalikkan
urutan kata lalu ditambah partikel –kah.
Contoh :
Kakak membeli mobil
baru.
Menjadi : Membeli
mobil barukah kakak?
b.
Menggunakan
kata tanya apa, siapa, beberapa, kapan,
mengapa, bagaimana, di mana, dan sebagainya.
Contoh : Kapan kamu
datang?
Bagaimana cara
menanam jagung?
c.
Menambahkan
partikel –kah pada kata tanya.
Contoh : Dimanakah
dia berada?
Siapakan pemenang
pertandingan sepak bola kemarin?
d.
Menggunakan
kata bukan atau tidak.
Contoh : Sepatu ini
milikmu, bukan?
Kamu ini serius
tidak?
e.
Mengubah
intonasi kalimat.
Contoh :
Rino sedang tidur.
Menjadi : Rino sedang
tidur?
4.
Kalimat
Seru
Kalimat seru adalah
kalimat yang mengungkapkan perasaan.
Contoh : Wah, luar
biasa pertandingan itu.
5.
Kalimat
Empatik
Kalimat
empatik adalah kalimat yang memberikan penegasan khusus kepada subjek.
Contoh : Kami lah
yang terlambat datang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar